Kisruh trah Wahid Hasyim dalam percaturan politik Tanah Air

kisruh trah wahid hasyim dalam percaturan politik tanah air 300x150 Hiruk pikuk dunia politik Tanah Air tak lepas dari kiprah organisasi massa Nahdlatul Ulama (NU). Pernah menjadi partai politik, NU akhirnya kembali ke khittahnya untuk kembali sebagai organisasi massa, bukan partai politik.


Namun peran NU tetap saja besar meskipun NU sudah tidak lagi terjun langsung di dunia politik. Warga NU tetap saja menyalurkan hak politiknya dengan melalui partai yang sudah ada, seperti Partai Persatuan Pembangunan (PPP).


Saat era reformasi bergulir, muncul partai baru yang dibidani langsung oleh para tokoh NU, seperti KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), yakni Partai Kebangkitan Bangsa.


Sejak PKB berdiri, partai ini langsung merebut hati kaum Nahdliyin, hingga mengantarkan Gus Dur sebagai Presiden RI, menggantikan BJ Habibie. Putra KH Wahid Hasyim yang juga mantan Ketua PBNU ini pun menjadi kyai pertama yang pernah memimpin bangsa ini.


Seiring berjalannya waktu, PKB tumbuh berkembang menjadi partai yang kian diperhitungkan. Namun seiring dengan perkembangannya, mulai muncul prahara. Perpecahan pun terjadi dalam internal partai. PKB terpecah menjadi dua, yakni PKB dengan ketua umumnya Muhaimin Iskandar, dan PKB dengan ketua umumnya KH Abdurrahman Wahid. Saat itu, kedua kubu sama-sama menggelar muktamar luar biasa. Kubu Imin menggelar muktamar di Ancol, sementara kubu Gus Dur menggelar muktamar di Parung, Bogor.


Dualisme partai ini akhirnya dimenangkan oleh Muhaimin Iskandar. Pengadilan memutuskan, bahwa PKB versi Muhaimin Iskandar lah yang sah. Muhaimin, yang tak lain adalah keponakan Gus Dur ini akhirnya sampai sekarang tetap bertengger menduduki puncak pimpinan partai berlambang bola dunia dikelilingi bintang sembilan, khas lambang NU tersebut.


Trah Wahid Hasyim terus bersitegang. Muhaimin hingga saat ini pun masih perang urat syaraf dengan putri Gus Dur, Yenny Wahid. Ketegangan memuncak saat adik kandung Gus Dur, Lily Wahid dipecat oleh Muhaimin dari keanggotaannya sebagai kader PKB dan anggota DPR belum lama ini. Lily Wahid pun terlunta-lunta, hingga akhirnya masuk Partai Hanura.


Meskipun baru saja bergabung dengan Hanura, tapi Lily Wahid sudah mempunyai ambisi besar dalam membuat gebrakan karir politiknya.


“Ibu Lily mau maju jadi caleg tapi satu dapil dengan Muhaimin Iskandar,” kata Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Hanura Yuddy Chrisnandi di DPP Hanura, Jakarta, Kamis (28/3) lalu.


Lily menyampaikan keinginannya tersebut kepada Yuddy Chrisnandi untuk berhadapan langsung dengan Muhaimin Iskandar. Untuk alasannya, dirinya tidak mengetahui pasti. “Dia (Lily) bilang asik aja,” ujarnya.


Sementara Muhaimin Iskandar sesumbar dan siap menghadapi tantangan Lily Wahid. Cak Imin mengaku sudah mengetahui kekuatan politik saudaranya tersebut.


“Enggak ada masalah semua tahulah potensinya (Lily Wahid) seberapa, kita tahu,” kata Cak Imin di Kantor DPP PKB Jakarta, Minggu (7/4) lalu.


Cak Imin dan Lily Wahid kemungkinan akan berebut di Dapil Jawa Timur II wilayah Pasuruan dan Probolinggo. Alumni Fisipol UGM ini mengaku tidak menyesal mengeluarkan Lily dari PKB. “Enggak ada masalah, sudah sejak awal dihitung dengan matang,” ujarnya enteng.


Sementara, Yenny Wahid yang partai barunya, Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru (PKBIB) tak lolos oleh verivikasi KPU, kini dikabarkan akan bergabung dengan Partai Demokrat. Jika benar Yenny masuk Partai Demokrat, bisa jadi wanita satu anak tersebut akan kembali bersaing dengan Muhaimin Iskandar dalam kancah politik Tanah Air, meski lewat partai yang beda.


Akhirnya, trah politik Wahid Hasyim pun terus menghangat. Apakah ketegangan ini juga berimbas pada hubungan keluarga besar bani Wahid Hasyim, yang notabene putra pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari?



Kisruh trah Wahid Hasyim dalam percaturan politik Tanah Air

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More