Selama ini, soda atau minuman berkarbonasi dianggap sebagai salah satu konsumsi yang tidak sehat. Tetapi Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEUI) menilai bahwa minuman ringan berkarbonasi tidak berkontribusi dalam masalah kesehatan di Indonesia. Bagaimana bisa?
Sebab konsumsi minuman berkarbonasi ternyata masih rendah, yaitu 2,37 liter per kapita. Menurut Dr Eugenia Mardanugraha dari LPEM FE UI, soda juga tak akan mengakibatkan obesitas karena kalorinya masih jauh lebih rendah dari roti atau telur.
“Bukan cuma itu, kafein dalam kopi juga masih lebih banyak dibandingkan dengan yang ada di dalam soda. Oleh karena itu, anggapan selama ini yang mengatakan minuman ringan berkarbonasi berdampak negatif bagi kesehatan tidaklah benar,” tutur Dr Mardanugraha seperti yang dikutip dari Press Release yang beredar.
Sementara itu, ahli gizi dan pakar teknologi pangan, Profesor Made Astawan, membenarkan pernyataan Dr Mardanugraha.
“Janganlah menjadi buru-buru menyalahkan suatu jenis makanan atau minuman sebagai penyebab tunggal penyakit tubuh,” jelasnya.
Profesor Astawan melanjutkan, makanan dan minuman apapun sebenarnya aman asalkan dikonsumsi dalam jumlah yang wajar, seimbang, dan didukung dengan aktivitas fisik yang cukup.
Minuman bersoda mendapatkan gelembung udaranya ketika karbondioksida dimasukkan ke dalamnya menggunakan tekanan tinggi. Gas tersebut kemudian terperangkap di dalamnya dan baru terlepas keluar ketika kita membuka tutup botol tersebut.
“Itulah sebabnya mengapa minuman tersebut akan ‘menjadi datar’ jika dibiarkan dalam keadaan terbuka terlalu lama setelah tutupnya dibuka,” papar Profesor Astawan.
Sebagian besar karbonasi yang ditelan saat meneguk minuman bersoda pun tidak sampai ke lambung karena sebagian besar gas karbon dioksida terlepas keluar ketika botol dibuka. Jadi minum soda memang tidak merugikan atau memicu obesitas jika dikonsumsi dalam jumlah wajar.
Minum soda tidak merugikan kesehatan?