Kompleks permandian putri raja, itulah Taman Sari. Lokasi Taman Sari tak jauh dari Keraton Ngayogyakarta. Banyak wisatawan berkunjung ke Taman Sari.
Tiket masuk yang ditawarkan pun sangat murah, yaitu Rp 3.000 per orang. Tak sekadar tiket masuk yang murah, Taman Sari memiliki kisah sejarah yang sangat menarik di balik keindahan ukiran-ukiran temboknya.
Jika berkunjung ke sana, sebaiknya ditemani pemandu wisata. Tak sulit menemukan pemandu wisata di Taman Sari karena justru mereka menawarkan diri kepada wisatawan yang datang.
Taman Sari didirikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I. Mulanya Taman Sari disebut sebagai Istana Air, karena dulunya Taman Sari dikelilingi oleh danau. Bahkan untuk mencapai tempat ini, Sultan harus menyeberang terlebih dahulu menggunakan perahu.
Kini, danau tersebut telah diratakan dengan tanah dan menjadi rumah bagi para abdi dalem istana. Saat masuk ke bangunan utama Taman Sari, Anda akan disambut dengan dua kolam besar. Konon, kolam tersebut dulunya adalah tempat mandi para selir dan putri Sultan.
Sedangkan di sisi bagian dalam kompleks, ada satu kolam yang tertutup, terpisah dengan dua kolam di bagian luar. Menurut Nuning, seorang pemandu wisata, kolam itu merupakan tempat permandian khusus untuk Sultan.
Taman Sari bukanlah tempat tinggal Sultan, melainkan semacam pesanggrahan yang digunakan oleh Sultan sebagai tempat peristirahatan. “Sultan tidak setiap hari di sini, hanya kalau misalnya Sultan merasa penat, jenuh, dan ingin refreshing,” tutur Nuning.
Di sisi lain di samping kolam, ada ruangan yang dulunya dipakai sebagai tempat istirahat serta ruang ganti baju Sultan. Kebanyakan, pintu-pintu di Taman Sari dibuat rendah. Hal ini karena menganut filosofi Jawa, yaitu andhap ashor, artinya supaya rendah hati dan saling menghormati.
Sebagai tempat persinggahan Sultan, Taman Sari tak hanya berisi tempat beristirahat, tetapi ada pula tempat ibadah. Ya, di area Taman Sari ada masjid yang dijadikan tempat ibadah kala itu.
Nuning mengungkapkan, uniknya, karena merupakan istana air yang dikelilingi oleh danau, masjid di Taman Sari pun letaknya lebih rendah daripada permukaan danau. “Jadi seperti shalat di bawah air,” ujarnya.
Masjid dibagi dua, area atas untuk laki-laki dan area bawah untuk perempuan. Masjid berbentuk bulat dengan di tengah-tengahnya ada semacam kolam sebagai tempat mengambil wudhu.
Meski dahulu dikelilingi oleh air, ternyata Taman Sari juga memiliki jalan akses melalui darat. Jalan tersebut berada tak jauh dari masjid dan berupa lorong bawah tanah yang bisa langsung keluar menuju pintu belakang Taman Sari.
Bisa dibayangkan betapa luas dan indahnya Taman Sari pada masanya. Bahkan, hingga kini pun bangunan yang dirancang oleh arsitektur dari Portugal ini tetap memiliki sisi menarik di balik tembok-tembok istananya.
Mengintip Permandian Para Putri Raja