Buntut kerusuhan sektarian, Myanmar berlakukan jam malam

buntut kerusuhan sektarian myanmar berlakukan jam malam 300x150 Pemerintah Myanmar menyatakan akan memberlakukan jam malam di tiga kota mulai sore hingga pagi. Hal ini dilakukan setelah buntut kerusuhan agama antara kelompok Buddha dan muslim kembali terjadi awal pekan ini dan untuk meredam kerusuhan meluas hingga ke Kota Yangon.


Situs the Huffington Post melaporkan, Rabu (27/3), stasiun televisi milik pemerintah menyatakan insiden kerusuhan terjadi di tiga kota itu terletak di Wilayah Bago, sekitar 150 kilometer dari Kota Yangon. Kerusuhan terbaru terjadi dua hari lalu di Kota Gyobingauk, di mana para perusuh menghancurkan tempat ibadah, toko-toko, dan rumah.


Laporan juga menyebut serangan serupa terhadap tempat ibadah, toko, dan rumah, juga terjadi di kota Otepho dan Min Hla pada Ahad malam. Pemerintah menyatakan pihaknya menggunaan kata ‘tempat ibadah’ dalam upaya untuk meredam ketegangan, meskipun dari kebanyakan laporan yang ada target merupakan masjid.


Pengumuman itu juga menyatakan hukum darurat yang dikenal sebagai Section 144 akan diberlakukan di tiga kota mulai pukul enam sore hingga enam pagi. Di dalam peraturan itu disebutkan saat jam malam maka setiap orang dilarang berkumpul, melakukan pawai, dan orasi.


Kerusuhan terbaru terkait isu agama terjadi pekan lalu di pusat Kota Meikhtila. Insiden terjadi setelah seorang pemilik toko emas yang merupakan warga muslim terlibat cecok dengan pembelinya, seorang Buddha.


Surat kabar the New Light of Myanmar kemarin menulis delapan mayat kembali ditemukan di Kota Meikhtila setelah tentara Myanmar membersihkan daerah yang hancur akibat kerusuhan selama tiga hari itu. Alhasil, korban tewas mencapai 40 orang.


Khawatir kerusuhan meluas, pemerintah juga menyatakan agar pemilik toko di Yangon, sekitar 550 kilometer sebelah selatan Meikhtila, diminta untuk menutup tokonya Senin malam sekitar pukul 20.30 atau 21.00. Namun, kebanyakan toko di Yangon mulai menutup toko kemarin sebab hari libur nasional.


Meningkatnya kerusuhan sektarian membayang-bayangi pemerintahan Presiden Thein Sein yang saat ini sedang memperjuangkan demokrasi setelah selama setengah abad di bawah kekuasaan militer. Ratusan orang terbunuh tahun lalu dan menyebabkan 100 ribu orang mengungsi di bagian barat Myanmar antara etnis Rakhine mayoritas Buddha dengan etnis Rohingya yang beragama Islam.



Buntut kerusuhan sektarian, Myanmar berlakukan jam malam

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More