Pertumbuhan ekonomi dikoreksi, tanda infrastruktur tidak optimal

pertumbuhan ekonomi dikoreksi tanda infrastruktur tidak optimal

Komite ekonomi Nasional (KEN) mengkritik dikoreksinya target pertumbuhan ekonomi tahun ini dari 6,8 persen menjadi 6,2 persen. Menurutnya, penurunan target itu bukan lantaran kondisi ekonomi dunia yang masih diliputi ketidakpastian.


KEN melihat, terkoreksinya target pertumbuhan ekonomi menandakan mandeknya pembangunan infrastruktur di dalam negeri. Sekretaris KEN Aviliani menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di level 6,1-6,2 persen hanya terjadi jika pemerintah tidak serius menggenjot pembangunan infrastruktur.


“Kalau infrastruktur digenjot, pertumbuhan ekonomi menjadi 6,8 persen karena investasi menjadi keharusan,” ujar Aviliani, Kamis (6/6).


Aviliani menyebutkan, jika hanya bersumber dari konsumsi dalam negeri saha, pertumbuhan ekonomi sudah mencapai 6,1 persen.


Secara tegas dia menuturkan, dengan terkoreksinya target pertumbuhan ekonomi secara tidak langsung pemerintah memberi gambaran pembangunan infrastruktur yang tidak berjalan optimal.


“Kalau pemerintah menurunkan pertumbuhan ekonomi 6,2 persen banyak (pembanguan) infrastruktur yang enggak jalan,” tegas dia.


Aviliani menambahkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi tidak akan terlalu berdampak pada konsumsi masyarakat.


“Menurut kita, dampak terhadap konsumsi tidak terlalu signifikan karena pengeluaran orang akan sama tetapi dapat barangnya sedikit dan infrastrukturnya harus digenjot,” ucapnya.



Pertumbuhan ekonomi dikoreksi, tanda infrastruktur tidak optimal

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More