KabarDunia.com – Di hadapan mahasiswa Universitas Riau, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan memberi penjelasan mengenai keputusan pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Salah satu alasannya, kebutuhan yang semakin tinggi dan tidak diimbangi dengan produksi minyak nasional. Sementara untuk impor minyak tidak bisa dibuka selebar-lebarnya untuk menjaga kesehatan anggaran negara.
“Apakah migas kita masih seperti dulu, atau sudah berubah? Atau jumlah yang banyak hanya mitos? Saat ini produksi minyak kita sekitar 840.000 barel. Sementara jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi semakin meningkat. Sehingga kebutuhan juga semakin meningkat,” ujar Juru Bicara Kementerian BUMN Faisal Halimi menirukan penjelasan Dahlan di Universitas Riau, Sabtu (22/6).
Dia menuturkan, dengan kondisi saat ini, maka kenaikan harga BBM tidak bisa dihindari. Menurutnya, siapapun yang memimpin negeri ini akan mengambil kebijakan serupa dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
“Siapapun presidennya pasti harga BBM akan dinaikkan, karena ini sudah keniscayaan,” tegasnya.
Lalu, apa yang bisa dilakukan seorang Dahlan Iskan sebagai menteri BUMN? Dia mengaku hanya bisa mendorong agar Pertamina mrmproduksi minyak lebih besar dari saat ini.
“Dulu saat saya di PLN, saya bisa melakukan hal-hal yang konkret. Tapi di sini, saya temui Pertamina untuk menggenjot produksi,” jelasnya.
Seperti diketahui, setelah sekian lama menjadi wacana, pemerintah akhirnya secara resmi mengumumkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Pemerintah menetapkan, harga BBM bersubsidi jenis premium naik Rp 2.000 per liter dan harga jual Solar naik Rp 1.000 per liter.
Dengan kenaikan tersebut, maka terhitung mulai Sabtu (22/6), harga jual premium yang semula Rp 4.500 per liter kini menjadi Rp 6.500 per liter. Sedangkan harga Solar yang semula Rp 4.500 per liter menjadi Rp 5.500 per liter.
Dahlan: Siapapun presidennya, pasti akan naikkan harga BBM