KabarDunia.com – Ketua DPP PKS Nasir Djamil bingung dengan dicatutnya kasus mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq (LHI) dalam soal ujian Bahasa Indonesia di SMK di Bogor, Jawa Barat. Menurutnya, mengapa enggak dicatut kasus korupsi besar yang sudah jelas dan terang.
“Kalimat seperti inikan kenapa harus LHI, kenapa enggak Anas Urbaningrum (kasus korupsi Hambalang), Zulkarnaen (kasus korupsi Alquran),” kata Nasir yang juga anggota Komisi III DPR di Komplek Parlemen, Senayan Jakarta, Rabu (19/6).
Nasir menilai munculnya kasus LHI dalam soal sangat tendesius. Seharusnya tak etis suatu kasus yang sedang dalam proses penanganan di lembaga hukum, dicatut dalam dunia pendidikan.
“Saya pikir kalau memang benar ini ada ujian masuk perguruan tinggi, harus diusut ini kenapa. Ini pembunuhan karakter, kan LHI saja masih dalam proses hukum. Jadi meskipun ujian Bahasa Indonesia, terkait struktur kalimat, tetapi soal pertanyaan LHI ini pembunuhan karakter,” ungkapnya.
Sebelumnya, dalam soal multiple choice nomor 50 pelajaran Bahasa Indonesia berbunyi ‘upaya KPK menyita mobil mewah mantan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq, kemarin gagal. Kalimat tersebut dapat diringkas dengan menghilangkan pernyataan di bawah ini, kecuali; a. Menyita mobil, b. Luthfi Hasan Ishaaq, c. Kemarin, d. Mantan, e. Gagal.
PKS: Kenapa LHI jadi bahan ujian, bukan Anas atau Zulkarnaen?