'Selama Kita Hidup dalam Budaya, Tenun akan Terus Terpelihara'

KEBERADAAN tenun yang cukup potensial sebagai warisan budaya tentu harus tetap dipelihara dengan segala cara. Apalagi, tenun banyak dipandang orang sebagai sandang yang terkesan berat dan mahal.


Dibanding batik yang sudah tersosialisasi dengan baik dan diminati semuakalangan, tenun memang belum mencapai peringkat tersebut.Anggapan bahwa tenun cenderung lebih berat untuk digunakan dan harga yang lebih mahal menjadi beberapa alasan yang membuat popularitas tenun kurang mencorong.


Hal itu pun diamini Ketua Cinta Tenun Indonesia , Okke Hatta Rajasa yang ditemui di galeri CTI, Jalan Tirtayasa, Jakarta Selatan, baru-baru ini.


“Sebetulnya memang iya, tenun itu ada segmentasinya. Enggak papa menurut saya. Masyarakat sendiri nanti yang akan mengklusterkannya,” ujarnya.


Meski tenun memiliki segmentasi tertentu, Okke yakin bahwa pamor tenun tak akan pudar. Apalagi, budaya Indonesia yang masih kuat akan terus membawa tenun tetap lestari.


“Misalnya saja Jawa itu pakai batik, tapi perangkat mitoninya kan ada tenun datar yang dipakai. Karena kalau songket yang dipakai tentu tak memenuhi syarat adat. Yang saya katakan ialah selama kita masih hidup dalam budaya, semua itu akan terpelihara, nanti tinggal segmentasinya saja bagaimana,” tutupnya.



'Selama Kita Hidup dalam Budaya, Tenun akan Terus Terpelihara'

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More