Indonesia akan mengadu ke WTO untuk masalah kelapa sawit

indonesia akan mengadu ke wto untuk masalah kelapa sawit 300x150

Indonesia akan mengadu ke WTO untuk masalah kelapa sawit


Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengungkapkan kekecewaannya atas sikap negara maju Eropa dan Amerika Serikat yang mengatakan produk kelapa sawit tidak ramah lingkungan. Kelapa sawit menjadi salah satu produk ekspor andalan Indonesia.


Gita menjelaskan alasan produk ini dinilai tidak ramah lingkungan ialah tingginya karbon dalam produksi kelapa sawit ini. Untuk menentukan produksi karbon komoditas ini diperlukan suatu penelitian empiris.


“Mereka (negara maju) mengatakan kelapa sawit hanya bisa mereduksi karbon di tahun 2020 sebesar 17 persen atau di bawah 20 persen,” ujarnya dalam acara pelepasan alumni Magister dan Doktor IPB di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Sabtu (18/5).


Gita menambahkan dirinya akan membawa permasalahan ini dalam agenda organisasi perdagangan dunia atau World Trade Organization (WTO) untuk dilakukan pembahasan. Pasalnya, hal ini memberi dampak buruk bagi industri Tanah Air.


“Di WTO saya angkat dan saya nggak peduli ini harus ada pendelegasian. Jika tidak petani sawit kita yang menderita kerugian,” jelasnya.


Sebelumnya, Gita mengaku sejak tahun lalu dia sudah mendesak lembaga Environmental Protection Agency (EPA) menentukan sikap soal sawit. Tapi organisasi itu berkukuh untuk membahasnya lebih lama, sehingga mendag hanya bisa pasrah.


“Saya maunya Oktober (tahun lalu) kemarin, tapi mereka bilang tunggu dulu, kita masih harus membahasnya,” ujarnya di kantornya.


Gita mengaku sudah mengupayakan segala cara supaya produk olahan sawit, khususnya minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) tak lagi dianggap merusak lingkungan. EPA dalam laporan pada 2011 menyebutkan bahwa industri CPO Indonesia menghasilkan emisi gas lebih dari 20 persen dan ini tidak sesuai dengan komitmen pengurangan emisi gas dunia.


Amerika pula aktor utama yang mendorong banyak negara tidak memasukkan komoditas CPO Indonesia dalam daftar 54 produk yang mendapat prioritas pengurangan tarif masuk 5 persen di forum APEC. Alhasil produk sawit tidak kompetitif dibanding minyak nabati lainnya.


 



Indonesia akan mengadu ke WTO untuk masalah kelapa sawit

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More