Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatatkan pertumbuhan kepemilikan asuransi jiwa individu pada tahun lalu. Individu yang terlindung dengan asuransi mencapai 10,98 juta orang, dan angka ini meningkat 22,21 persen dari tahun 2011 yang hanya 8,99 juta orang.
Direktur Eksekutif AAJI, Benny Waworuntu mengatakan dengan meningkatnya masyarakat yang ikut asuransi menopang pertumbuhan dana kelolaan industri asuransi jiwa. Pada asuransi jiwa di Indonesia mengelola lebih dari Rp 112,78 triliun atau naik 22,29 persen ketimbang tahun sebelumnya sebesar Rp 92,22 triliun.
“Pendapatan asuransi jiwa mampu bertumbuh sebesar 20,4 persen atau mencapai Rp 133,5 triliun,” ujar Benny saat konferensi pers AAJI di The Plaza Office, Jakarta, Jumat (3/5).
Peningkatan individu yang ikut asuransi jiwa ditopang oleh pertumbuhan jumlah tenaga pemasaran di industri asuransi jiwa semakin signifikan. Tahun lalu agen pemasaran berlisensi telah mencapai 303,115 orang atau naik 19,12 persen dari tahun 2011.
“Pertumbuhan ini merupakan bagian dari usaha asosiasi untuk menambah penetrasi asuransi jiwa keagenan kepada masyarakat,” tukasnya.
Dengan jumlah agen yang semakin banyak maka penetrasi keagenen menjadi prioritas setelah bancassurance, sehingga peningkatan agen merupakan bagian dari usaha asosiasi untuk menambah penetrasi asuransi jiwa keagenan.
“Untuk kontribusi marketing dari premi yang dibukukan industri telah mencapai 38,3 persen. Sementara bancassurance 40,4 persen, direct marketing 8,5 persen dan lain-lain menyumbang 12,8 persen,” pungkasnya.
Pendapatan asuransi jiwa di Indonesia capai Rp 133,5 triliun