Program pengendalian konsumsi bahan bakar minyak subsidi sudah dirancang sejak tahun lalu. Tetapi proses di lapangan tidak membuahkan hasil. Perhitungan pemerintah, apabila tidak ada perubahan kebijakan subsidi BBM, defisit APBN 2013 bisa mencapai 3,8 persen dari produk domestik bruto (PDB), atau sekitar Rp 340 triliun.
Sampai Rabu (1/5), dana BBM subsidi yang digelontorkan pemerintah diklaim telah mencapai Rp 97,5 triliun. Besaran subsidi tersebut dinikmati para penyelundup, orang mampu, importir dan kilang luar negeri. Dengan tingkat kebocoran mencapai Rp 15 triliun.
Pemerintah pun, telah menelurkan program pengendalian BBM dengan cara konversi ke gas, penindakan penyelundupan. Tetapi program tersebut tidak begitu signifikan mengurangi konsumsi BBM.
“ESDM tidak bisa mukul. Sekarang itu semua aturan sudah di endclif, cuma penegakan belum sepenuhnya berjalan,” kata Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral SusiloSiswoutomo, Rabu (1/5).
Berikut penuturan Susilo saat Alwan Ridha Ramdani, Arbi Sumandoyo, Achmad serta pada juru foto Muhammad Luthfi Rahman mewawancarainya secara langsung.
Bagaimana hasil evaluasi program pengalihan BBM pada gas?
Tahun ini serius. Saya tidak bisa komentar yang tahun lalu. Yang jelas tahun ini harus lebih bagus.
Kan ada evaluasinya kekurangannya?
Nomor satu, karena semuanya dari APBN, makanya semua tergantung dari pada ritme dan jadwal APBN. Sehingga tender tidak tepat pada waktunya. Bukan karena apa-apa. Tahun ini kita gandeng semua swasta, dana APBN berkurang sedikit.
APBN hanya berperan untuk konverterkit dan jaringan gas. Tapi yang lainnya kita geber dari swasta. Kita kerja sama dengan Pertagas, Sinarmas, dll. Tahun ini harus ada 50 SPBG. 19 SPBG yang sudah dibangun akan direvitalisasi. Sehingga masyarakat yang pindah ke gas mudah.
Apakah konversi gas juga dilakukan di pertambangan, yang selama ini banyak mengonsumsi BBM subsidi?
Termasuk itu. Sudah ada kerja sama dengan Pertamina, dengan kontraktor, tim diterjunkan untuk mengganti LNG yang digunakan kapal besar. Dan perbaikan jaringan gas. Dan itu bukan omdo (omong doang).
Artinya dengan proyek pengalihan ke gas, ini konsumsi BBM subsidi bisa turun?
Ya sedikitlah, tidak banyak yang bisa dikurangi karena ada transportasi yang tidak bisa diganti dengan gas. Suatu saat Kereta Api akan diganti, truk akan juga akan kita ganti. Thailand juga baru berapa ratus ribu kendaraan yang sudah dikonversi ke gas. Kita baru mulai, tapi kita serius.
Organda sudah protes, melihat antrean dan kelangkaan solar ?
Ya iyalah, karena yang ingin dibeli harga yang paling murah dengan jumlah yang terbatas. Harusnya mereka sadar juga, yang perlu 50 liter ya beli 50 liter. Tapi ini belinya 100 liter. Kenyataannya kuota untuk solar subsidi dibatasi.
Apakah mereka hanya ingin untung besar?
Saya tidak bisa berkomentar. Ada pengusaha ada yang mau untung besar dengan beli itu (solar subsidi). Kalau masyarakat masih berpikiran bahwa mengambil yang bukan haknya oke-oke saja itu sakit jiwa. Kita sudah larang, kalau orang beragama itu berdosa. Saya sudah larang.
Penindakan penyelundupan seperti apa?
ESDM tidak bisa mukul. Sekarang itu semua aturan sudah di endclif, cuma penegakan belum sepenuhnya berjalan.
MoU dengan Polri enggak maju-maju?
Kalau pencurinya lebih banyak, mau ditaruh polisi juga mereka lebih lihai.
Orang kaya yang pakai BBM subsidi sakit jiwa!