Baju seragam ditinggalkan, kini yang tergantung pada dinding kamar adalah tak lebih dari ham berkerah dan celana jeans panjang, tidak lagi bawa buku paket supertebal dan buku pekerjaan sekolah maupun buku pekerjaan rumah, tidak ada juga wajib bersepatu hitam dengan kaos kaki putih. Berangkat pukul tujuh pagi pun seolah mulai ditinggalkan, dan keadaan yang memperlakukan untuk dewasa segera menjemput. Mengantarkan sebagian dari kita yang beruntung pada gedung gedung perkuliahan. Meminta kita turun pada bangku bangku besi kayu perguruan tinggi. Sekali lagi, tidak semua dari kita merasakan hal tersebut. Saya, mereka, kita, anda yang beruntung adalah kaum terpelajar tingkat idealisme yang berjajar disepanjang pemikiran.
Hari ini, gedung gedung kampus berdiri sendirian, menjulang dan menembus angan. Awan tak lagi dihiraukan. Riuh rendah kegiatan mahasiswa seliweran. Terkadang teori efek kupu-kupu jelas menjadi biang kerok sebuah peristiwa. Seperti kepakan orasi kandidat ketua dan wakil badan eksekutif mahasiswa fakultas, efeknya dapat berupa rupa. Mari kita lihat dari sudut padang penulis yang masih berstatus mahasiswa baru tahun 2011. Anggap saja penulis ini tidak tahu menahu peta politik yang ada di kampus.
Penulis pribadi lebih detail akan membahas tentang reaksi berbagai pihak yang secara subjektif penulis ketahui, namun dalam pembahasan kali ini penulis berusaha untuk objektif dalam mengupasnya. Tidak perlu mengetahui universitas mana yang penulis ceritakan, namun saya pribadi mengira, hal hal yang akan saya bahas adalah pemandangan sehari hari yang terjadi di kampus manapun.
Ketika orasi digelar, timbul berbagai reaksi dari berbagai pihak. Bagi anak bawang yang tak tahu menahu soal peta kekuasaan universitas seperti saya, maka pemadangan sehari hari akhir akhir ini adalah hujan bujuk rayu hanya demi selembar kertas penentu perhitungan suara. Suara suara itu dikonspirasikan, mereka yang mencari massa membujuk dengan segala bentuk rayuan. Pampflet-pamflet ditempel disana sini layaknya pemilu nasional. Kita yang masih dungu, berjalan apa adanya. Kadang ikut ikutan atau malah sok sok an, menyerahkan satu suara berharga tanpa pikir, atau kaum kaum pragmatis yang egois. Tapi, justru kaum kaum pengikut seperti itu hanya jadi suara sumbang tanpa makna.
Ketika orasi digelar, timbul berbagai reaksi dari berbagai pihak. Bagi mereka yang sudah hafal gerak gerik peta politik perkuliahan, maka mereka berpandangan bahwa perebutan kekuasaan yang hanya untuk selangkah lebih dekat dengan kelancaran birokrasi kampus atau bahkan selangkah lebih dekat dengan pak rektor adalah hal yang munafik. Kadang mereka banyak pula yang sudah lebih peduli dengan mengkritisi, membuat keonaran sedikit dengan pemikiran dan ide ide brilian, tapi, justru orang orang seperti ini kadang terasingkan. Bukannya tidak terwadahi aspirasi tersebut dan menjadi perbaikan dalam politik yang identik dengan kotoran menjijikkan, namun tipe tipe mahasiswa seperti ini memang tidak tahan dengan hawa panas mencekam dan lebih memilih tidak ikut arus deras kotoran politik. Mereka yang lebih menyukai kebebasan, akan lebih memilih untuk menjadi golongan putih pada pemilihan suara berlangsung. Mereka anti menentukan pilihan tanpa tahu kredibilitas dan kualitas para kandidat. Mereka tidak akan ikut pengaruh suasana politik, namun mereka akan mencoba berkontribusi dengan karya.
Ketika orasi digelar, timbul berbagai reaksi dari berbagai pihak. Ada pula mereka yang acuh tak acuh. Model model skeptis seperti ini akan melakukan segera apa yang mereka mau. Tak peduli akan ikut menyemarakkan dengan suara suara sumbang mereka atau malah diam seribu bahasa tak ingin ikut campur urusan selain urusan yang menunjang perkuliahan wajib secara formal.
Ketika orasi digelar, timbul berbagai reaksi dari berbagai pihak. Tentunya masih sangat banyak yang belum disinggung ketika orasi mahasiswa digelar. Tentunya juga masih banyak sudut pandang yang masih bisa kita jelajahi untuk memprediksikan sebuah cuaca kehidupan perkuliahan. Ini semua macam treatmen kedewasaan dalam menjalani kehidupan. Mereka semua adalah manusia yang tidak lepas dari sebuah sifat dasarnya yaitu tidak pernah puas. Potret kehidupan suasana kampus hari ini memberikan nafas yang berwarna bagi saya, anda, kalian, mereka yang beruntung masih bisa duduk dibangku perkuliahan. Coba analisa,nikmati, dan hari ini adalah cerminan suasana bangsa kita yang mengharu biru.
source: avezahra